Dari sinilah kisahnya dimulai: Peter Barlow, seorang Kepala Suku Indian dari New Brunswick, baru saja kehilangan seorang puteranya. Dia lantas pergi berziarah ke Medjugorje bersama-sama dengan beberapa anggota suku indian lainnya dan menghadiri program retret bersama Father Jozo pada bulan Maret 1997.
Tanda itu muncul pada hari pertama di rumah dimana kelompok ini menginap. Peter melihat tanda ini yang muncul di jendelanya. Keheranan, dia memanggil keluarga Croatia yang menjadi tuan-rumahnya untuk turut mengamati jendela tersebut dengan seksama. Sang tuan rumah mengatakan bahwa tanda yang misterius ini berada diantara dua lapis kaca jendela.
Tanda itu tampak mirip seperti lapisan salju/es yang biasa muncul di kaca mobil pada pagi hari di musim dingin. Polanya terdiri dari suatu lingkaran dan ditengah-tengahnya terdapat delapan garis-garis kecil yang mirip seperti pancaran sinar matahari. Baik garis-garis itu maupun lingkarannya tampak sempurna letaknya, tidak ada tangan manusia yang sanggup membuatnya. Selain itu, tak seorangpun bisa membuat ataupun merubahnya karena letaknya di antara dua lapisan kaca jendela. Salah satu kaca jendela harus dipecahkan untuk mencapai tanda tersebut.
Sementara keluarga tuan rumah sedang menerka-nerka tanda tersebut, Peter sekonyong-konyong menyadari arti semuanya. Terkesima dan tak mampu berbicara, Peter menangis tersedu-sedu. Hatinya luruh: Bunda Allah telah mendengar jeritan hatinya dan Dia telah datang untuk memberi penghiburan.
Sesungguhnya, tanda yang seperti terbuat dari lapisan salju/es ini, sangat dikenal dengan baik oleh Peter, sang Kepala Suku Besar Indian. Tanda itu sangat khas bagi suku indian Mic-Mac Nation dan artinya adalah "Selamat Datang!" Tanda itu tetap berada di jendela selama masa Peter Barlow berziarah di sana dan baru menghilang dua hari setelah mereka pulang.
Dengan hati yang remuk redam, Peter memutuskan untuk kembali berkunjung ke Medjugorje pada musim gugur tahun 1998 untuk mendapatkan kembali kedamaian hatinya, dan untuk memohon berkat dari Bunda Maria, Sang Ratu Damai, bagi keluarganya dan arwah kedua puteranya. Dia datang bersama-sama kaum indian lainnya, karena semakin banyak dari mereka yang ingin berziarah ke Medjugorje.
Dua hari sebelum kedatangan mereka disana, sang ibu yang menjadi tuan rumah, Anzelika, tersenyum karena Surga "telah memberikan kepastian kedatangan mereka," karena tanda yang sama kembali terbentuk di antara dua lapis kaca jendela meskipun suhu cukup hangat di bulan Oktober.
No comments:
Post a Comment